Koreksi, Jakarta- Diskusi kebangsaan yang digelar para diaspora Indonesia di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan, Sabtu siang (28/9/2024), dibubarkan sekelompok orang tidak dikenal. Acara yang digagas warga Indonesia yang tersebar di lima benua Forum Tanah Air (FTA) ini sedianya akan berbagi pikiran menjelang peralihan kepemimpinan nasional bulan depan.
“Ini sangat memalukan sekali. Kondisi ini jauh lebih buruk dari Orde Baru, kita mundur 40 tahun ke belakang. Sepertinya mereka bermaksud untuk memberikan shock therapy, tapi mereka salah memilih tempat dan salah sasaran,’’ kata Chairman FTA Tata Kesantra melalui keterangan tertulis yang diterima Koreksi, Sabtu (28/9/2024) siang.
Tata menyayangkan terkesan ada pembiaran dari aparat keamanan, sehingga sekelompok orang tidak dikenal bisa masuk ke tempat acara di dalam hotel. Semestinya kepolisian yang berada di sekitar tempat acara bisa mencegah pembubaran tersebut.Informasi yang diterima Koreksi, diskusi yang dihadiri juga para akademisi dan tokoh nasional ini diserang dan diobrak-abrik sebelum acara sempat dimulai.
Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan perusuh sudah berorasi di depan hotel dan menuntut diskusi dibubarkan. Sekitar pukul 10.00 WIB, mereka masuk ke ruang ballroom tempat diskusi akan berlangsung. Mereka dengan garang dan berteriak mengancam supaya acara dibubarkan sambil mencabut backdrop dan banner lainnya, merusak layar infokus, kursi, mikrofon, kamera, dan lainnya.
Para tokoh yang hadir tetap tenang dan tidak terpancing aksi perusuh. Mereka menyayangkan jelang peralihan kekuasaan justru dinodai dengan peristiwa yang merusak proses demokrasi. Tokoh nasional yang hadir adalah Din Syamsuddin, sejarawan Batara Hutagalung, mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko, Brigjen (Purn) Hidayat Poernomo, Said Didu, mantan menteri agama dan Jenderal (purn) Fachrurozi, Refli Harun, Syafril Sofyan, Abraham Samad, Chusnul Mar’iyah, Rizal Fadhilah (tokoh Jabar), advokat Aziz Januar, serta Merry.
“Ini kejahatan demokrasi dan anarkisme. Ini menganggu kehidupan kebangsaan kita. Polisi tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat, mereka diam saja. Saya protes keras terhadap polisi yang berdiam diri pada spanduk pendemo, mereka tulis Din Syamsuddin pemecah belah rakyat, padahal saya adalah tokoh pemersatu bangsa,” kata intelektual muslim Din Syamsuddin.
Tata menyebutkan, kejadian ini akan menjadi berita buruk dari Indonesia, bagi diaspora yang berada di Amerika, Eropa, Australia, Asia dan Afrika. “Ini memalukan, apa yang bisa kita tawarkan ke dunia. Ada orang-orang yang sudah lama tinggal di luar negeri, tapi kok dihadapkan dengan hal ini. Ini sangat memalukan sekali, karena acara ini disiarkan secara live,’’ paparnya.
Tata sendiri yang baru tiba dari New York pekan lalu menjelaskan, FTA ingin membuat acara untuk mempertegas apa yang harus dilakukan menjelang pergantian kepemimpinan agar menjadi hal positif.
“Kami ingin mengusulkan perbaikan-perbaikan ke pemerintahan,” ujarnya.
Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko mengatakan, “Demokrasi apa yang sedang terjadi di Indonesia ini? Terlihat pemerintah tidak hadir, contohnya pagi ini ada penyerangan secara barbar, dan apakah polisi bisa menangkap mereka? Saya tunggu polisi mengusut kelakuan brutal tadi, karena ada tiga orang satpam juga dipukuli (oleh perusuh).”
Tata mengaku terkejut dengan kejadian ini. “Selama 25 tahun tinggal di Amerika dan sejak pagi saya sudah tahu ada yang demo di depan hotel dan kita biarkan, karena kita juga punya hak berkumpul dan berserikat seperti halnya pendemo. Dan pejabat polisi menjamin bahwa pendemo tidak akan masuk, namun ternyata 5 menit kemudian mereka masuk dan merusak secara brutal properti FTA yang ada. Tamu dan peserta yang hadir disini adalah orang-orang yang peduli dengan bangsa ini,” tandasnya.
FTA adalah forum pikiran dan diskusi politik kebangsaan yang merdeka dan tidak terafiliasi pada partai, LSM, dan tokoh tertentu.