Pameran Tumpuk hadir sebagai ruang refleksi dan eksplorasi atas hubungan manusia dengan limbah, konsumsi, dan keberlanjutan. Mengangkat limbah sebagai medium artistik, pameran ini menghadirkan karya-karya yang menggugah kesadaran akan dampak konsumsi global dan tantangan ekologi yang kita hadapi.
Dalam kehidupan modern, limbah seringkali dianggap sebagai residu tak berguna. Namun, pameran Tumpuk menawarkan perspektif baru—bahwa limbah menyimpan narasi tentang pola konsumsi, budaya fast fashion, dan konsekuensi lingkungan dari produksi massal. Para seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini menghadirkan eksplorasi kreatif yangmengubah limbah menjadi medium artistik yang inspiratif sekaligus provokatif.
Seniman dan Karya
MG Pringgotono menggambarkan perilaku konsumtif manusia yang tidak pernah puas. Plastik digunakan untuk menciptakan gambar figuratif abstrak yang merepresentasikan manusia modern yang terjebak dalam pola konsumsi berlebihan. Dengan teknik layering, plastik ditumpuk, dilipat, dan dipotong menjadi lapisan-lapisan yang saling bertindih, menciptakan visual yang padat dan kompleks. Menampilkan data data yang menggambarkan bagaimana kehidupan sehari-hari kita dibentuk oleh tindakan konsumsi yang terus bertambah dan tidak berujung, seiring dengan sampah plastik yang terus menumpuk di alam. Pesan kuat dari karya ini adalah bahwa perilaku konsumtif akan terus menumpuk, tak terurai seperti limbah plastik itu sendiri.
Sopyan Triatmaja berfokus pada eksplorasi limbah tekstil dari industri konveksi di beberapa wilayah di Jakarta, mengkritisi dampak lingkungan dari produksi massal dalam fashion. Dengan mengolah potongan kain bekas, ia menciptakan karya 2D berbasis peta yang menggambarkan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, menggunakan desain dari Google Maps. Teknik ini merefleksikan bagaimana limbah tekstil terus menumpuk dan menjadi bagian dari lanskap industri dan kota. Melalui karyanya, ia mengolah sisa-sisa tekstil konveksi menjadi peta global yang merepresentasikan lokasi-lokasi pembuangan sampah, mengajak audiens untuk merenungkan hubungan antara konsumsi di negara maju dengan dampak lingkungan yang dirasakan oleh negara berkembang.
Kautsar Caesandriano menciptakan kolase dari sisa produksi denim dengan teknik sashiko (jahit Jepang), menghadirkan kritik atas jejak polusi yang ditinggalkan industri fashion. Melalui karyanya, Kautsar juga menyinggung pola hidup yang konsumtif, Dorongan untuk selalu membeli barang baru demi mengikuti tren menciptakan budaya konsumsi berlebihan, di mana barang tersebut menjadi simbol status sosial. Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) semakin memperkuat perilaku ini, menjebak individu dalam siklus konsumsi tanpa mempertimbangkan keberlanjutan atau kebutuhan nyata. Teknik layering yang digunakan mencerminkan kompleksitas konsumsi global dan konsekuensinya terhadap lingkungan.
Melalui pameran ini, para seniman menunjukkan bahwa limbah bukan sekadar residu,melainkan medium yang kaya akan makna, kritik, dan potensi estetika. Seni menjadi alat untuk menghidupkan kembali apa yang dianggap tak bernilai, memberi makna baru pada material yang terlupakan, serta membuka ruang dialog tentang dunia yang lebih berkelanjutan.
Momentum Hari Sampah Nasional Pameran Tumpuk juga hadir bertepatan dengan peringatan Hari Sampah Nasional, yang diperingati setiap bulan Februari untuk mengenang tragedi Leuwigajah pada tahun 2005. Momentum ini mengingatkan kita akan urgensi pengelolaan sampah yang lebih baik serta potensi limbah sebagai bagian dari kehidupan yang memiliki nilai estetis, fungsional, dan etis.
Kami percaya bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang. Melalui pameran ini, kami mengajak audiens untuk merenungkan kembali hubungan mereka dengan konsumsi dan lingkungan. Tumpuk bukan sekadar pameran, tetapi sebuah ajakan untuk melihat limbah dari perspektif baru—sebagai sesuatu yang dapat diubah, dimaknai ulang, dan dihargai.
Selamat menikmati pameran Tumpuk dan mari kita bersama-sama mengambil langkah kecil untuk menciptakan dunia yang lebih ramah lingkungan.
Kurator: Anita Bonit