Koreksi, Sorong – Sebanyak 45 orang siswa di Sekolah Dasar (SD) YPK Silo, Kampung Sisir, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, menempuh pendidikan dengan kondisi seadanya.
Diketahui, sekolah SD YPK Silo Sisir yang berjarak 15,5 kilometer dari areal pusat kota Kabupaten Sorong Selatan, bertahun-tahun mengalami kekurangan tenaga pengajar.
Otto Yable (60) Kepala Sekolah SD YPK Silo Sisir Sorong Selatan mengaku, sekolah SD YPK Silo telah berdiri sekitar tahun 1969.
“Kita sekarang ini tidak bisa berbuat banyak karena sekolah tertua di Distrik Saifi ini hanya memiliki dua orang guru termasuk saya sendiri,” ujar Otto Yable kepada Koreksi.org, Jumat (19/10/2024).
Sekolah SD YPK Silo Sisir ini jadi harapan terakhir agar mendidik tunas bangsa yang akan tumbuh menjadi tulang punggung pembangunan di wilayah Sorong Selatan.
Otto mengaku, meski memiliki berbagai kekurangan termasuk tenaga pengajar di dalam kelas, tapi rata-rata anak Papua tetap ingin menimbah ilmu walau serba terbatas.
“Saya dan satu guru lagi yang resmi jadi tenaga pengajar, ya mau buat bagaimana lagi satu orang tangani tiga kelas,” katanya.
Nahasnya, selama mengajar anak-anak di kelas, kedua guru tersebut wajib memiliki pengetahuan umum terkait seluruh mata pelajaran yang akan dibawakan di kelas.
“Saya sadari jujur anak-anak kita mungkin 20 persen yang tahu baca tulisan, sebab memang dalam proses belajar mulai dari guru sampai infrastruktur kurang,” ucapnya.
Dengan keterbatasan tersebut, ia berharap pemerintah daerah bisa memperhatikan maslah kekurangan guru dan buta aksara, agar ke depan bisa segera dibenahi lagi.
Angka Buta Aksara
Akademisi UNSAR Sorong Selatan Ida Siti Hamidah menjelaskan, gerakan berantas kasus buta aksara hari ini berawal dari hasil penelitian Dosen UNSAR Sorong Selatan.
“Dari penelitian memang di SD YPK Hosana Mangroholo dan SD YPK Silo Sisir, masih banyak anak-anak belum lancar baca tulis di kelas,” ujar Ida Siti Hamidah.
Oleh karena itu, Civitas Akademika UNSAR dan kolaborasi dengan Dinas Pendidikan Sorong Selatan agar membentuk sebuah tim agar turun melakukan pendamping.
Rencananya, tugas tim tersebut yakni akan melakukan pendamping dan pelatihan ke anak-anak seputar literasi nominasi atau belajar baca tulis sera makan siang gratis.
“Kita tahu hampir 90 persen anak-anak di dua SD ini belum bisa baca tulis, sehingga perlu dilakukan pendampingan secara terus menerus selama dua bulan ini,” katanya.
Mendengar hal itu, Bupati Sorong Selatan Samsudin Anggiluli menyatakan, persoalan sudah menjadi fokus pemerintah daerah dan akan segera didorong lewat program.
“Kita tahu kasus buta aksara di Papua Barat termasuk Papua Barat Daya berdasarkan data BPS 2023 sudah berada dikisaran angka 5,18 persen,” kata Samsudin.
Hingga kini, pemerintah daerah tengah menggalakan pola sekolah sepanjang hari (SSH) di Distrik Konda, Sorong Selatan.
Ia berharap, ke depan pihaknya bisa ikut mengembangkan pola belajar SSH di tiga sekolah lain agar nantinya bisa sama-sama berantas masalah buta aksara.(Ari Yani)