Koreksi, Sorong – Anggota Badan Intelijen Negara (BIN) berinisial N diduga menjadi calo tes seleksi anggota Polri tahun 2025 di Kota Sorong, Papua Barat Daya.
Dari informasi yang dihimpun Koreksi.org, N disinyalir menerima tawaran dari seorang warga berinisial J agar mencari akses guna meloloskan anak dari AB saat seleksi Polri.
N pun menyanggupi tawaran tersebut dan mengaku punya akses, serta kenal dekat Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Papua Barat Daya Kombes Pol Semmy R Tabhaa.
Bahkan, yang bersangkutan juga menunjukkan foto bersama orang kedua di Polda Papua Barat Daya, di dalam rumah diduga milik Wakapolda Papua Barat Daya Semmy Tabhaa.
Sebagai tanda terimakasih, J memberi uang kurang lebih total sekitar Rp60 juta kepada N, sebab telah membuka akses ke Wakapolda Papua Barat Daya guna meloloskan anak AB.
N diberi tugas meloloskan anak AB yang telah gugur dalam tes kesehatan pertama di tahapan seleksi bintara Polri tahun 2025 ini.
Kendati demikian, usaha N pun menemui jalan buntu dan anak dari AB tak juga melanjutkan seleksi anggota Polri tahun 2025, lantaran N disinyalir tidak berjalan sesuai kesepakatan.
N juga dikabarkan sempat hilang kabar, saat J dan AB menagih uang tanda terimakasih yang diserahkan untuk meloloskan anak saat tes anggota Polri.
Penjelasan Wakapolda
Mendengar hal itu, Wakapolda Papua Barat Daya Kombes Pol Semmy Ronny Tabhaa buka suara soal pencatutan namanya oleh N saat tes seleksi anggota Polri tahun 2025. Kombes Pol Semmy mengatakan, baru mendapatkan informasi bahwa ada sepasang suami istri, yang beberapa waktu belakangan ini sedang mencari dirinya terkait dengan nasib anaknya. Tujuannya untuk mengecek keberadaan N dengan maksud meminta kembali uang, sebab anggota BIN tersebut justru tak kunjung diketemukan.
“Oknum N ini dia melakukan tipu daya dengan mencatut nama jabatan Wakapolda Papua Barat Daya sebagai modus meloloskan anak dari calon anggota Polri kemarin,” ujar Semmy kepada awak media, pada Rabu (2/7/2025).
“Pasangan suami istri sekitar pukul 12.00 WIT, lalu mencari akses guna temui saya kemarin dan mengecek terkait oknum N ini,” katanya.
Pihaknya juga bertemu sepasang suami istri, saat itu dirinya bertanya terkait dengan bukti transaksi sama N, dan justru mereka mengaku buktinya semua ada.
“Saya sampaikan kalau ada bukti maka ibu juga hari ini ke Polresta Sorong Kota dan buat laporan polisi kepada oknum N itu,” jelasnya.
“Bukti baik chat dan foto waktu oknum N ini juga sudah dikirim oleh korban ke saya.”
Selama ini pihaknya juga sudah pernah ke rumahnya, kendati demikian N justru hanya ke sana satu kali dan tidak lebih dari itu.
“Saya juga tidak tahu dari instansi tertentu (BIN), karena dengan bukti yang ada saya pun langsung telepon pimpinannya dengan tujuan menghadirkan stafnya ke kantor,” ucapnya.
“Saya juga telepon N agar segera hadir di Polresta Sorong Kota saya tunggu di sana.”
Saat ditemui di Polresta Sorong Kota, N mengaku di hadapan pasangan suami istri, dia sudah mengembalikan uangnya ke korban.
“Di hadapan dia saya bilang bukan soal uang sudah dikembalikan, tapi nama jabatan saya sebagai Wakapolda dibawa-bawa,” tegasnya.
Oleh karena itu, N memperdaya korban bahwa dia kenal Wakapolda Papua Barat Daya, dan dengan membayar sejumlah uang agar anak mereka bisa lulus seleksi anggota Polri kali ini.
“Sampai malam itu pemeriksaan berjalan di Polresta Sorong Kota, dan jelas siapa saja yang terlibat dalam kasus ini,” jelasnya.
Pihaknya menegaskan, mulai dari Mabes Polri hingga ke daerah terkait seleksi calon Bintara Polri harus mengutamakan integritas bahkan personel yang melaksanakan pun dijamin.
“Saya minta kalau ada hal-hal yang seperti ini terjadi saya minta tolong laporkan, sehingga bisa ditindaklanjuti secepatnya,” tegasnya.
Tak hanya itu, dijelaskan Semmy dari laporan hasil pemeriksaan N, dia mengaku kenal Wakapolda Papua Barat Daya, dan lanjut melibatkan J (warga) dan S wartawan.
Awalnya, uang tersebut telah dikembalikan oleh N harusnya langsung ke korban, namun malah ke J, lalu diserahkan ke S yang juga wartawan di Sorong.
“Ada oknum wartawan (S) yang katanya dia mampu cari orang lain dengan iming-iming serahkan uang itu agar anak calon anggota ini gugur di tes kesehatan bisa lolos,” ucapnya.
Menurutnya, proses tes yang tadinya sudah gugur di seleksi kesehatan, lalu ada modus bisa tembus lagi lewat jalur lain itu mustahil.