• Latest
  • Trending
  • All
  • Berita
  • RUANG SASTRA
  • OPINI
Demonstran: Pak Polisi, Kami Tidak Butuh Senjata!

Demonstran: Pak Polisi, Kami Tidak Butuh Senjata!

August 28, 2024
Amnesty Mendesak Polisi Bebaskan Mahasiswi Penyebar Meme Prabowo-Jokowi

Amnesty Mendesak Polisi Bebaskan Mahasiswi Penyebar Meme Prabowo-Jokowi

May 10, 2025
Lebih Dari 20 Tahun, 3 Perempuan Petani Perjuangkan Hak Tanah

Lebih Dari 20 Tahun, 3 Perempuan Petani Perjuangkan Hak Tanah

May 6, 2025
KTP2JB Kolaborasi dengan IIJ Dorong Keberlanjutan Media dan Penguatan Demokrasi pada Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025

KTP2JB Kolaborasi dengan IIJ Dorong Keberlanjutan Media dan Penguatan Demokrasi pada Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025

May 3, 2025
Potret Kelam di Negeri 1.001 Sungai, Warga Suku Afsya 67 Tahun Hidup Tanpa Air Bersih

Potret Kelam di Negeri 1.001 Sungai, Warga Suku Afsya 67 Tahun Hidup Tanpa Air Bersih

May 1, 2025
Perjuangan warga Menteng Pulo II menolak penggusuran 

Perjuangan warga Menteng Pulo II menolak penggusuran 

April 26, 2025
Kekerasan Terhadap Perempuan Oleh Perempuan

Kekerasan Terhadap Perempuan Oleh Perempuan

April 25, 2025
Polemik Ijazah Jokowi – Retaknya Cermin Integritas di Tengah Kabut Transparansi

Polemik Ijazah Jokowi – Retaknya Cermin Integritas di Tengah Kabut Transparansi

April 23, 2025
KKJ Mendorong Kejaksaan Agung Koordinasi dengan Dewan Pers Soal Berita Jak TV

KKJ Mendorong Kejaksaan Agung Koordinasi dengan Dewan Pers Soal Berita Jak TV

April 23, 2025
AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

April 16, 2025
Integritas Tak Bisa Diperankan

Integritas Tak Bisa Diperankan

April 15, 2025
Suara dari Bawah

Suara dari Bawah

April 9, 2025
Otak 7 Tahanan Kabur dari Lapas Sorong Ditangkap Polisi

Otak 7 Tahanan Kabur dari Lapas Sorong Ditangkap Polisi

April 9, 2025
  • About
  • Editorial
  • Pedoman Media Siber
Sunday, May 18, 2025
  • Login
Koreksi.org
  • Home
  • Berita
    Amnesty Mendesak Polisi Bebaskan Mahasiswi Penyebar Meme Prabowo-Jokowi

    Amnesty Mendesak Polisi Bebaskan Mahasiswi Penyebar Meme Prabowo-Jokowi

    KTP2JB Kolaborasi dengan IIJ Dorong Keberlanjutan Media dan Penguatan Demokrasi pada Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025

    KTP2JB Kolaborasi dengan IIJ Dorong Keberlanjutan Media dan Penguatan Demokrasi pada Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025

    Potret Kelam di Negeri 1.001 Sungai, Warga Suku Afsya 67 Tahun Hidup Tanpa Air Bersih

    Potret Kelam di Negeri 1.001 Sungai, Warga Suku Afsya 67 Tahun Hidup Tanpa Air Bersih

    Perjuangan warga Menteng Pulo II menolak penggusuran 

    Perjuangan warga Menteng Pulo II menolak penggusuran 

    KKJ Mendorong Kejaksaan Agung Koordinasi dengan Dewan Pers Soal Berita Jak TV

    KKJ Mendorong Kejaksaan Agung Koordinasi dengan Dewan Pers Soal Berita Jak TV

    AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

    AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

    Otak 7 Tahanan Kabur dari Lapas Sorong Ditangkap Polisi

    Otak 7 Tahanan Kabur dari Lapas Sorong Ditangkap Polisi

    Polisi, Narkoba, dan Pemerasan (Bagian I)

    Komite Keselamatan Jurnalis Tolak Perpol Pengawasan Orang Asing

    7 Napi di Papua Kabur Usai Bobol Dinding Kamar

    7 Napi di Papua Kabur Usai Bobol Dinding Kamar

    Pembunuh Jurnalis di Karo Divonis Seumur Hidup, KKJ Sumut: Terduga Otak Pelaku Belum Diproses

    Pembunuh Jurnalis di Karo Divonis Seumur Hidup, KKJ Sumut: Terduga Otak Pelaku Belum Diproses

    Trending Tags

  • Liputan Khusus
  • OPINI
    Kekerasan Terhadap Perempuan Oleh Perempuan

    Kekerasan Terhadap Perempuan Oleh Perempuan

    Suara dari Bawah

    Suara dari Bawah

    Dampak Tarif Reciprocal AS terhadap Perekonomian Indonesia Perlu Dicermati

    Koreksi.org Kritik Pertemuan Presiden Prabowo dengan 7 Jurnalis di Hambalang

    Koreksi.org Kritik Pertemuan Presiden Prabowo dengan 7 Jurnalis di Hambalang

    Revisi UU TNI: Totalitarianisme dan Pembajakan Konstitusionalisme Warga Negara

    Revisi UU TNI: Totalitarianisme dan Pembajakan Konstitusionalisme Warga Negara

    Penyetaraan Jabatan Perlu Dikoreksi (Bagian 1)

    Penyetaraan Jabatan Perlu Dikoreksi (Bagian 1)

    Penjelasan Partai Buruh Terkait Putusan MK tentang UU Ciptaker

    Penjelasan Partai Buruh Terkait Putusan MK tentang UU Ciptaker

    Masalah Agraria dan Tafsir Beda Putusan Mahkamah Konstitusi

    Perbandingan Materi UU Ketenagakerjaan Dalam UU Cipta Kerja Yang Dimaknai Hakim MK Dalam Putusan Nomor 168/PUU-XXI/2023

    Pemikiran dan Daya Juang seorang Benny

    Pemikiran dan Daya Juang seorang Benny

    Masalah Agraria dan Tafsir Beda Putusan Mahkamah Konstitusi

    Masalah Agraria dan Tafsir Beda Putusan Mahkamah Konstitusi

    Trending Tags

  • RUANG SASTRA
    TUMPUK: Manifesto Konsumerisme dan Tumpukan Sampah

    TUMPUK: Manifesto Konsumerisme dan Tumpukan Sampah

    Sanggar Lidi Surabaya Gelar Pementasan Teater “Grafito”,  Kisah Cinta Beda Agama di Balai Pemuda Surabaya

    Sanggar Lidi Surabaya Gelar Pementasan Teater “Grafito”,  Kisah Cinta Beda Agama di Balai Pemuda Surabaya

    Cerita pendek: Kemenangan

    Cerita pendek: Kemenangan

    Trending Tags

  • SUARA WARGA
No Result
View All Result
Koreksi.org
No Result
View All Result
Home Berita

Demonstran: Pak Polisi, Kami Tidak Butuh Senjata!

by admin
August 28, 2024
in Berita
0
Demonstran: Pak Polisi, Kami Tidak Butuh Senjata!

Koreksi, Yogyakarta – Polisi terus melakukan kekerasan dalam mengawal aksi demonstrasi pada sepekan terakhir. Aspirasi mahasiswa bersama masyarakat sipil di sejumlah kota di Indonesia justru berhadapan dengan polisi bersenjata lengkap. Demonstran dipukul, ditendang, diseret, terkena peluru gas air mata hingga digelandang ke kantor polisi.

Aksi #JogjaMemanggil yang kembali dilakukan di sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta, Selasa (27/8/2024), mengecam keras tindakan represif aparat seperti yang terjadi di Kota Semarang, Makassar dan Jakarta tersebut.

“Pak Polisi, kami tidak butuh senjata. Kami butuh keadilan. Turunkan Jokowi!” pekik sang orator di atas mobil komando. Aksi di Yogyakarta ini berjalan damai. Meski demikian, tensi tuntutan demonstran yang semula #KawalPutusanMK, telah naik level menjadi #TurunkanJokowi dan #GanyangJokowi.

Ekspresi kemarahan demonstran tergambar dari berbagai tulisan poster yang begitu sarkas dan lugas. Mereka geram karena Pemerintahan Joko Widodo dinilai telah merusak konstitusi dan demokrasi di Indonesia. Nama “Mulyono” yang merupakan “nama sial” Jokowi semasa kecil menjadi ‘bulan-bulanan’ massa. Bahkan aksi tersebut menampilkan adegan teaterikal yakni prosesi seorang yang melakukan eksekusi mati terhadap pemimpin yang mengkhianati rakyat.

Terlihat dalam teaterikal tersebut, bahwa Jokowi dan Prabowo Subianto merupakan satu paket pemimpin yang tidak bisa diharapkan. “Adili! Adili! Adili!” teriak massa menggema.

Seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT), Dita, yang turut melakukan orasi dalam aksi tersebut mengatakan pemerintah Jokowi gagal hampir di semua hal. Dia menilai, rezim bebal yang tidak memiliki hati nurani maupun kepekaan sosial ini harus diadili oleh rakyat.

“Anaknya Jokowi naik pesawat jet pribadi yang sekali jalan menghabiskan miliaran rupiah. Mantunya Jokowi beli seporsi Rp 400 ribu. Dia tidak paham rakyat sengsara. Gaji PRT berapa,” katanya.

Pengesahan Rancangan Undang-Undang Pelindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) hingga saat ini masih disandera tanpa kejelasan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Padahal sudah berjalan 20 tahun.

“Berapa lama lagi PRT yang mati hanya untuk menunggu pengesahan RUU PPRT?” katanya. Selama ini, lanjut dia, pekerja rumah tangga di Indonesia tidak diakui sebagai pekerja. Akibatnya, jutaan PRT sengsara akibat ketidakadilan. Mereka menjadi korban kekerasan ekonomi, mental, fisik, seksual, dan tidak diakui sebagai pekerja. “Perempuan butuh perlindungan, tapi Jokowi tak peduli. Negara ini malah diperas habis-habisan oleh Jokowi dan kroni-kroninya,” tandas dia.

Salah satu orator dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Danil Yobi, menilai rezim Jokowi telah keterlaluan menjarah hak rakyat. Dia mempertanyakan, adakah program selama pemerintahan Jokowi berpihak kepada rakyat.

Hampir seluruh program Proyek Strategis Nasional (PSN) di mana pun, sebutnya, justru menjadi malapetaka bagi rakyat. Kasus penggusuran Wadas, Kendeng, Rempang dan lain-lain. Maka dari itu, ia mengajak para seniman untuk terlibat dalam Aksi Darurat Indonesia ini.

“Saya mengutip kata-kata WS Rendra; Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan?,” ujarnya.

Karut Marut Kebijakan BermasalahElanto Wijoyono dari Combine Resource Institution (CRI) mengatakan, praktik culas yang hendak merevisi RUU Pilkada ini menunjukkan bahwa tujuan utama rezim ini adalah melanggengkan kekuasaan dan politik dinasti.

“Dengan dibatalkannya pengesahan RUU Pilkada, apakah perjuangan rakyat untuk menegakkan konstitusi dan mengawal demokrasi berhasil? Belum,” katanya.

Dikatakannya, masih banyak karut marut kebijakan bermasalah. Setelah ini masih ada RUU Polri dan RUU TNI, bahkan ada upaya polisi ini akan diberikan perluasan kewenangan ‘superbody’ yang bisa mengendalikan semua penyidik di instansi lain. Sebelumnya, lanjut dia, rezim ini telah melakukan hal serupa dengan merevisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi, mengesahkan UU Cipta Kerja dan UU Minerba, menyusup ke MK melalui Anwar Usman yang kemudian meloloskan Gibran sebagai cawapres Prabowo.

“Bahkan memecah belah gerakan masyarakat sipil dengan memberikan konsesi tambang kepada ormas keagamaan,” katanya.

Dikatakannya, rakyat tahu bahwa banyak kebijakan bermasalah yang lahir di rezim Jokowi. Bahkan, lanjut Elanto, fungsi anggota dewan sebagai wakil rakyat semakin melemah, kekuatan lembaga-lembaga independen diberangus, penegakan hukum mandul dan dimanfaatkan untuk menyandera lawan-lawan politik.

“Jokowi berusaha mengontrol semua kekuasaan dalam genggaman tangannya,” tegasnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Jokowi hampir pasti akan diduplikasi oleh Prabowo Subianto sebagai presiden penerusnya. “Berkali-kali, Prabowo menegaskan akan melanjutkan apa yang sudah dibangun oleh rezim Jokowi. Dengan begitu, karakteristik otoritarianisme yang populis juga akan dilanjutkan oleh Prabowo,” katanya.

Akar Masalah Sana Ulaili dari Solidaritas Perempuan Kinasih mengatakan akar masalah dalam 10 tahun terakhir bermuara pada bobroknya sistem pemilu dan partai politik Indonesia yang menghamba pada kapitalisme.

“Partai politik tidak bisa menjalankan amanat demokrasi karena mengedepankan kepentingan pribadi. DPR bukan rumah wakil rakyat, tetapi tempat tumbuh suburnya oligarki,” kata dia.

Menurutnya, selama sistem pemilu dan partai politik di Indonesia tidak diubah, maka selama itu pula rakyat Indonesia dipimpin oleh rezim tipu-tipu.

“Kami menuntut agar segera dilakukan perombakan UU Pilkada dan UU Partai Politik,” cetusnya.

Selain itu, semua elemen masyarakat harus melawan segala upaya perusakan atau pelemahan konstitusi. “Kami menyerukan kepada warga Yogyakarta untuk membangun oposisi rakyat,” tegasnya.

Tags: kekerasanpolisipolrireformasi polri
Previous Post

Belenggu Perbudakan Modern di Meja Puan Maharani

Next Post

Ironi Demonstrasi Dikepung Brutalitas Aparat

admin

admin

Next Post
Ironi Demonstrasi Dikepung Brutalitas Aparat

Ironi Demonstrasi Dikepung Brutalitas Aparat

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Koreksi.org

Copyright © 2024

Navigate Site

  • About
  • Editorial
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • OPINI
  • RUANG SASTRA
    • SUARA WARGA

Copyright © 2024